Muhammad Subarkah
Posted by: farid -- diambil dari :
sini
Seorang bule bertubuh tinggi besar bergegas ke luar
ruangan Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini Raya, Jakarta Pusat.
Langkahnya acuh saja. Sembari berjalan lurus, dia kemudian mendekati penyair ,Taufiq
Ismail yang tengah dirubung banyak orang. Setelah sampai di dekat Taufiq, ia
menyalaminya...
''Selamat ya. Pidato kebudayaan Anda bagus sekali. Tapi ingat, media massa
Indonesia juga banyak sampahnya. Lihat siaran televisi Anda. Bayangkan kalau di
Amerika tayangan itu diputar pada pukul 03.00 pagi, di sini malah diputar pada
prime time,'' kata si bule sembari memegang tangan Taufiq. Yang disalaminya pun
membalas dengan senyum simpul.
''Terima kasih Tuchrello. Memang demikian adanya. Maaf, kalau banyak mengambil
contoh negara Anda,'' jawab Taufiq.
Sesaat dia lantas menerangkan sahabatnya itu adalah Will Tuchrello, direktur
Perpustakaan Kongres AS Perwakilan Indonesia. ''Bayangkan, mereka saja resah
atas menggejalanya budaya bebas tanpa batas itu. Tapi, kok kita tidak ya?'' ujar
penulis lirik lagu-lagu hits Bimbo ini.
Taufiq, Rabu (20/12) malam, melalui pidato kebudayaannya di depan kalangan
Akademi Jakarta mengguncangkan kesadaran publik untuk kembali menengok nurani
pada hilangnya rasa malu orang Indonesia. Bahkan, Taufiq lugas menyebutkan
hilangnya rasa malu itu telah mulai meruntuhkan bangunan bangsa.
Tagihan rekening reformasi, menurut Taufiq, ternyata mahal sekali. Indonesia
dikepung gerakan 'Syahwat Merdeka'! ''Gerakan syahwat merdeka ini tak bersosok
organisasi resmi, dan jelas tidak berdiri sendiri. Tapi, bekerja sama
bahu-membahu melalui jaringan mendunia, dengan kapital raksasa mendanainya.
Ideologi gabungan yang melandasinya, dan banyak media massa cetak dan eletronik
menjadi pengeras suaranya,'' kata Taufiq dalam pidatonya.
Ketika mendengar 'kesaksian' Taufiq, sesaat ruangan Teater Kecil yang penuh
dipadati puluhan pengunjung mendadak berubah. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din
Syamsuddin, misalnya, segera membuka buku kecil yang memuat pidato Taufiq Ismail.
Dari arah bangku belakang, kemudian terdengar lenguhan panjang. Seorang ibu
berguman. Penulis skenario film senior, Misbach Yusa Biran, menggeleng-gelangkan
kepala. Pemusik kontemporer Slamet Abdul Syukur tepekur di kursinya.
Ruangan teater pun terus senyap. Suhu udara berpendingin kini mulai terasa
merambahi kulit. Taufiq kemudian meneruskan pidatonya dengan menjelaskan
mengenai siapa saja yang menjadi komponen 'syahwat merdeka' itu.
Paling tidak ada 13 pihak yang menjadi pendukung fanatik gerakan ini. Pertama
adalah praktisi sehari-hari kehidupan pribadi dan kelompok seks bebas hetero dan
homo, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Kedua, para penerbit majalah dan
tabloid mesum yang telah menikmati tiada perlunya SIUPP. Ketiga, produser,
penulis skrip, dan pengiklan televisi.
''Semua orang tahu betapa ekstentifnya pengaruh layar kaca. Setiap tayangan
televisi rata-rata 170 juta pemirsa. Untuk situs porno kini tersedia 4,2 juta di
dunia dan 100 ribu di internet Indonesia. Untuk mengaksesnya malah tanpa biaya,
sama mudahnya dilakukan baik dari San Fransisco, maupun Klaten,'' tegasnya.
Pendukung keempat adalah penulis, penerbit, dan propagandanis buku-buku sastra
dan bukan sastra. Di Malaysia, penulis yang mencabul-cabulkan karyanya adalah
penulis pria. Di Indonesia sebaliknya. Penulis yang asyik menulis wilayah 'selangkangan
dan sekitarnya' mayoritas perempuan. ''Dalam hal ini ada kritikus Malaysia
berkata, 'Wah Pak Taufiq, pengarang Indonesia berani-berani. Kok mereka tidak
malu?'' ungkap Taufiq Ismail.
Kelima, penerbit dan pengedar komik cabul. Keenam, produsen VCD/DVD porno.
Ketujuh, pabrikan alkohol. Kedelapan, produsen, pengedar, dan pengguna narkoba.
Kesembilan, pabrikan, pengiklan, dan pengisap rokok. Hal ini dilatarbelakangi
kenyataan dalam masyarakat permisif, interaksi antara seks, narkoba, dan nikotin
akrab sekali. Sukar dipisahkan.
Selanjutnya, komponen ke-10 adalah para pengiklan perempuan dan laki-laki
panggilan. Ke-11, germo dan pelanggan prostitusi. Ke-12 adalah dukun dan dokter
praktisi aborsi.
''Bayangkan data menunjukan angka aborsi di Indonesia mencapai 2,2 juta setahun.
Maknanya, setiap 15 detik seorang calon bayi di suatu tempat di negeri kita
meninggal di suatu tempat akibat dari salah satu atau gabungan faktor-faktor di
atas,'' tandas Taufiq Ismail.
Menurut Taufiq, kehancuran hilangnya rasa malu itu kemudian tecermin dalam
gemuruh gelombang penolakan RUU Pronografi dan Pornoaksi. Ini adalah pihak
ke-13. Pada satu sisi memang ada kekurangan. Dan salah satu kekurangan RUU ini,
yang perlu ditambah dan disempurnakan adalah perlindungan terhadap anak-anak
yang jumlahnya 60 juta.
Perbandingannya, kalau di Indonesia masih nihil perundangan perlindungan anak,
di AS anak-anak di sana paling tidak kini dilindungi enam undang-undang.
Sastra ganjil
Mengomentari keresahan Taufiq, pengarang perempuan NH Dini menyatakan, saat ini
memang ada yang ganjil dalam dunia sastra. Entah mengapa
tiba-tiba ada sekelompok penulis perempuan yang giat menulis cerita bergaya
pornografi. Mereka memang tidak merasa risi atau malu. Entah sengaja atau tidak,
mereka sudah menyalahartikan erotisme menjadi sama saja dengan pornografi.
''Beberapa waktu lalu, ketika tinggal di Prancis, saya dikirimi mendiang
Ramadhan KH sebuah novel Indonesia yang mendapat penghargaan karya sastra.
Ramadhan, karena tidak 'kuat' membaca, meminta saya membaca novel tersebut. Dan
benar, saya hanya kuat baca beberapa lembar saja.'' ''Saya kemudian berpikir,
apa bagusnya novel ini, kok sampai mendapat penghargaan? Malah lebih terkejut
lagi, ketika bertemu dengan seorang rohaniwan, dia malah memuji novel itu.
Akhirnya, saya semakin tidak mengerti,'' tutur NH Dini.
Budayawan Riau, Al Azhar, menyatakan, apa yang dikatakan Taufiq itu memang
kenyataan yang kini terjadi. Beberapa penulis memang menghasilkan karya yang 'tidak
masuk akal' karena hanya membahas soal selangkangan. Dominasi ide hanya
memaparkan idealisme hedonis. Realitas kehidupan rakyat yang berbudi diabaikan.
''Entah apa yang dipikirkan generasi hedonis itu. Mutunya sangat jauh bila
dibanding karya Pramudya Ananta Toer atau Ahmad Tohari. Terjadi penurunan mutu
karya yang serius. Generasi syahwat merdeka memang kini mengepung kita,'' tandas
Al Azhar.[]
Note: Untuk situs porno kini tersedia 4,2 juta di dunia dan 100 ribu di internet
Indonesia...
[Nokia Cable] [Lithium Charger] [USB Charger] [EMC Kurs] [InfoKurs] [PayPal] [Gatra] [tdih] [Jadwal KRL Serpong] [Random News] [DetikSport] [DetikNews] [Indonesian News] [9 Osi Layers] [Tech Support] [Money vs Challenge] [Find File] [RRDTool Build] [Looking Glass] [Network Tool] [Lost NT Password] [Qmail Toaster] [HTML Editor] [mental korupsi] [Idiokrasi Blog] [Gerakan Syahwat] [Next New Moon] [Freemason Chiper] [Ramalan Jayabaya] [Story of Dajjal] [aquarius][CB Frequency][pisces][virgo][scorpio][simple snmpd conf][libra][FRS GMRS Frequencies][aries][Indonesia 419 scam][open ssl cert][how stock market][mini pci laptop][gemini][leo][bahasa translation][capricorn][taurus][cancer][sagitarius][linux serial redirection][microsoft joke] Composed and Updated by InfoAnda Team,
|